Tampilkan postingan dengan label jalan-jalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jalan-jalan. Tampilkan semua postingan

INGGIT dan KOESNO not ANOTHER ROMEO and JULIET story

Siapa tak kenal ROMEO dan JULIET kisah cinta sepanjang masa karya penulis Shakespeare. Kisah mereka dibuat dengan berbagai macam versi. diperankan actor dan aktris Holiwud ternama. Kisah cinta dua insan  manusia dari keluarga yang selalu bermusuhan.
Lalu apa hebatnya cinta mereka?cinta mereka tak menghentikan pertikaian dua keluarga, bahkan cinta mereka tak menyatukan mereka. Tapi bukankan mereka bersatu di alam sana, bahagia berdua untuk selamanya? Ah, entahlah..lagipula kisah mereka hanya kisah fantasi. Ada kisah yang lebih indah, kisah nyata dua insan manusia, kisah cinta yang melahirkan sebuah bangsa, Indonesia.
Inggit, lengkapnya Inggit Garnasih, bukanlah  Juliet yang berasal dari keluarga bangsawan ternama, ia hanya seorang wanita biasa lulusan sekolah agama setara SD ( sekarang yang kita kenal sebagai Madrasah Ibtidaiyah (MI)). Lalu apa istimewanya sosok Inggit?
Ia adalah wanita yang luar biasa, yang mampu memberikan apa yang ia miliki untuk Koesno (Panggilan saying untuk Sukarno, Presiden Pertama Indonesia), suami yang sangat ia cintai. Di usia yang terpaut sekitar 12 tahun, ia tak hanya berperan sebagai seorang Istri bagi Koesno tetapi  juga sekaligus sebagai teman dan Ibu bagi Koesno.
[…]  the happiness  in new marriage would be  reached  if  the wife had been a combination  of  a mother,  lover  and  friend.  I wanted  to  be  cremated  by my soulmate.  When  I  got  cold,  I  wanted  to  be  massaged  by  her.  When  I  was hungry,  I wanted  to eat  the meals she cooked by herself. When my cloth was torn, I wanted my wife repaired it (Adams, 1965:76-77 dalam Andi Suwirta 2009).
Inggit lah yang mendorong Sukarno menyelesaikan studi nya di THS (sekarang ITB) baik secara moral dan juga materi. Inggit membantu perekonomian keluarga dengan menjual bedak dan rokok. Inggit pula yang secara tidak langsung membentuk karakter dalam diri Sukarno hingga ia manjadi politisi dan orator yang handal.
Inggit bagi Sukarno tah hanya tongkat yang menyangga jiwanya. Tetapi lebihdari itu, perempuan Sunda nan cantik itu adalah kekuatan yang tak bisa dicari bandingannya.(Reni Nuryanti : 2007,6)

“Aduh, Nggit, aduh bagaimana jadinya kalau Nggit tak dapat lebih bersabar dari Koes? Koes memang lemah Nggit, Koes butuh itu”, nada suara Papi (panggilan Ratna Juami pada Sukarno) melemah. Dan aku yang jadi  pendengar jadi terpesona. Saat itu aku betul-betul merasa bahwa kekuatan yang ada pada Papi saat ini bersumber dari Ai (panggilan Ratna Juami untuk Inggit) (Lily Martin : 1992 dalam Reni Nuryanti : 2007)
Saat Sukarno aktif dalam pergerakan nasional , Inggut setia menemaninya, bahkan saat Sukarno dipejara Inggit lah yang menjadi penghubung Sukarno dengan dunia Luar.
Saat Sukarno dibuang ke Ende, Inggit tetap setia menemani di tempat pangasingan itu.
Inggit  never moaned  and  complained.  It was  her  fate  in  this  life  to  give me thinking composure and give me help lovely, not complicate my problems. But I also felt that she was suffering. […] it was very irritating for a wife to see her husband  taken  away  from  his  living  strength,  from  his  wishes  and  his happiness (Adams, 1965:171 dalam Andi Suwirta : 2009).

HIngga Sukarno dipindah ke Bengkulu dalam pengasingannya Inggit tetap setia mendampingi Sukarno. Di kota ini pula Inggit memutuskan untuk berhenti mendampingi Sukarno, lagi lagi karena ia sangat mencintai Sukarno. Ia memutuskan untuk mendampingi hingga di gerbang kemerdekaan merelakan posisi  Ibu Negara dengan segala kerelaannya.
“Tak ada manusia yang terlahir sempurna”  Begitu pula ibu Inggit. Di luar segala kelebihannya Inggit tak dapat menjadi istri yang sempurna bagi Sukarno. Dalam 20 tahun pernikahanyya Inggit tak dapat memberikan keturunan bagi Sukarno. Ini lah yang menjadi alas an Sukarno meminta izin untuk menikahi wanita lain, wanita yang tercatat sebagi Ibu Negara yang menjahit Sang Saka Merah Putih, Fatmawati.
[…]  in  his  40  years,  Soekarno  arrived  in  independence  gate.  Inggit  Garnasih took him safely there. she was not predestined to come to Istana Merdeka with Soekarno.  Soekarno  should  start  his  new  life  at  that  age  (Poeradisastra, 1988:ix dalam Andi Suwirta :2009).  
Saya tidak dapat menjelaskan secara lengkap kisah Inggit Garnasih,namun rasanya tulisan teman-teman di aleut.wordpress.com lebih jelas dari  apa yang saya utarakan di sini.  
Tak perlu lagi kita terpukau dengan kisah cinta Romeo dan Juliet, ada kisah yang jauh lebih memukau. Cinta Inggit untuk Koesno, cinta yang Tulus, Cinta yang tidak egois.
Semoga kelak saya juga mendapatkan sosok seperti Inggit (tentunya tak perlu lebih tua dari saya,hehe….)

Sumber bacaan :
Andi Suwirta(2009) Inggit Garnasih, Soekarno and  the Age of Motion in Indonesia. TAWARIKH: International Journal for Historical Studies
Reni Nuryani (2007) Perempuan dalam Hidup Sukarno:Biografi Inggit Garnasih. (Versi eBook yang tidak lengkap…hehe…)
Tulisan para pegiat aleut di aleut.wordpress.com
Cerita Pak Tito Zeni Asmarahadi (ahli waris Inggit Garnasih) pada ngaleut! 30 Januari 2011

Foto foto hasil printscreen buku Reni Nuryani bisa di cek di SINI


Share

SWARHA..(dengarkanlah aku)..


Judulnya memang mirip dengan sebuah judul lagu. Tapi tulisan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan lagu. Saya hanya sekedar ingin bercerita tentang sebuah tempat bernama SWARHA.
Minggu pagi itu (18/04) adalah hari yang sangat istimewa, hari itu juga tepat peringatan konfrensi asia afrika yang ke 55. Tak heran jika pagi itu gedung merdeka menjadi sangat ramai. Hari itu juga saya melakukan perjalanan yang istimewa,Plezier (bukan ngaleut) Gedong Merdeka.
Perjalanan kali ini diawali dari gedung merdeka kemudia menuju titik nol km-hotel preanger-hotel savoy homann-de Vries-dalem kaum hingga ke pendopo-monumen penjara banceuy-sumur bandung dan berkahir di gedung merdeka. Seperti biasa setiap berhenti di satu titik pemandu dari ALEUT memberikan penjelasan yang jarang kita dapat di pelajaran sejarah, dan seperti biasa pula saya terkagum-kagum dengan cerita yang terjadi di masa lalu di tempat yang sama.
Kekaguman saya memuncak saat memasuki sebuah tempat yang tepat berdampingan dengan masjid agung. Lantai dasar tempat ini adalah sebuah toko kain. Sebuah tempat yang selalu menjadi perhatian saya jika melewati mesjid agung saat membeli dvd (g usah disebutin bajakannya ya..hhe..). Saya selalu berpikir kenapa masjid ini begitu keukeuh menempel dengan pertokoan.Kenapa tidak dibuat sedikit space agar mesjid tidak terlihat aneh.


View dari SWARHA
Rupanya tempat ini dulunya adalah sebuah hotel, tepatnya hotel SWARHA. Tulisan SWARHA ini bahkan masih berdiri di atas bangunan ini. Bangunan ini terdiri dari empat lantai (berarti 5 dengan lantai dasar) ini kalau saya g salah hitung. Bentuk bangunannya sendiri menurut saya sangat unik dan berseni. Saat mulai memasuki gedung ini, kumuh adalah kata yang pertama keluar dari fikiran saya. Di pinggir tangga menuju lantai pertama kayu-kayu berserakan ga jelas. Debu dan teman-temannya berterbangan di sana-sini. Lantai tangga sudah banyak yang bolong, jendela yang seharusnya menerangi tangga tak lagi dilapisi kaca, melainkan tertutup papan dan lagi-lagi berdebu. Hingga akhirnya kami menemukan koridor yang di kanan kiri nya terdapat kamar-kamar. Masih terasa suasan hotel. Hingga kami tiba di bagian depan lantai ini. Mungkin dulunya tempat ini adalah tempat berkumpul tamu-tamu. Dari beagian depan ini kita bisa melihat ke luar melalui balkon. Di tempat inilah saya merasa enggan untuk beranjak. Suasananya sungguh berbeda, entah kenapa. Dari balkon ini kita bisa melihat pemandangan yang tak biasa.

Swarha Islamic, demikian nama bangunan ini dulu, nama yang diambil dari nama pemilik gedungnya.
swarha 1961
Tempat ini merupakan salah satu tempat yang bersejarah dalam penyelenggaraan konfrensi asia afrika 1955. Pada penyelenggaraan KAA, tempat ini menjadi tempat menginap para wartawan yang meliput KAA.Konon karena tempatnya yang bersebrangan dengan kantor pos,jadi para wartawan dapat dengan segera mengirimkan berita ke negara asalnya.Menurut sumber yang saya dapat dari om Google, tempat ini dibangun di bekas toko tokyo yang dibangun tahun 1914 dan dibumihanguskan tahun 1940.Di masa itu selain swarha panitia KAA juga menyiapkan 14 hotel yang 2 diantaranya adalah hotel savoy homann dan preanger yang hingga kini masih tegak dan berjaya.
Menurut kabar berita di dunia maya, pemerintah sempat berencana meratakan tempat ini. Namun menurut dunia maya juga tempat ini akan dijadikan pusat studi islam. Saya tentu saja lebih setuju dengan opsi kedua..hehe...
Saat ini gedung swarha mungkin tengah meratapi nasibnya, menunggu waktu yang tak pasti. Apakah dipertahankan atau dihancurkan. Ia mungkin sedang bersedih, iri kepada rekannya Savoy Homann dan Preanger yang masih berdiri tegak menjadi saksi sejarah dunia.

Sumber:
www.djawatempoedoeloe.multiply.com
www.tataruangindonesia.com
www.mahanagari.multiply.com
www.indrakh.blogspot.com
cerita pemandu ALEUT

Braga..Tak Sekedar Pameran Komputer

Apa yang pertama kali kepikiran waktu kamu denger na ma Braga? Jika pertanyaan ini diajukan beberapa tahun lalu saat saya masih kuliah atau bahkan mungkin beberapa hari  lalu, yang akan saya jawab adalah Landmark dan Pameran Komputer. Yup..hehe….untuk orang seperti saya yang biasa mencari cari (Cuma cari yah..g pake beli..) harga komputer dan peripheral  lainnya rasanya pantas jawaban itu yang muncul.
Tapi hari minggu 28/3 lalu temen-temen dari Komunitas ALEUT menambahkan pengetahuan baru pada saya bahwa Braga bukan sekedar Landmark dan Pameran Komputer.Di hari itu saya diajak untuk melihat braga tidak hanya di masa itu tapi juga melihat melalui lorong waktu (cie…lebay euy..). Perjalanan dimulai dari gedung merdeka menuju titik BDG 0 km (tempat yang dari dulu saya pengen foto2 disana..hehe..alhamdulillah kesampaian) Hotel Preanger, Savoy Homan, De Vries (g tau yang bener nuisnya kaya gimana) dan tempat lain sepanjang jalan Braga yang kemudian berakhir di Taman Kota dan berlanjut dengan tour Keililing Indonesia, mengitari pulau-pulau (baca:jalan-jalan pulau) di Indonesia.
Setiap berhenti di suatu tempat temen-temen aleut dengan rendah hati dan tidak sombong berkenan menjelaskan sekelumit tentang sejarah tempat itu. Gak banyak yang saya ingat..karena saya bukan orang yang pandai mengingat…hehe…
Mari Kita lihat apa yang saya ingat??!!
 Pertama..Terdapat 3 mazhab dalam penamaan jalan Braga..Ada yang menyebutkan bahwa nama Braga berasal dari kata Baraga yang kurang lebih artinya aliran sungai..katanya karena jalan ini mengikuti aliran sungai cikapundung..Ada pula yang menyebutkan bahwa nama Braga berasal dari nama grup Tonil (katanya sejenis drama gitu) yang selalu melintasi jalan yang sekarang bernama braga..dan versi ketiga adalah………ups..saya lupa lagi..hehe….

Kedua.yang saya ingat adalah nama dua orang arsitek yang banyak mendapat proyek pada masa itu yaitu Albers dan Schoemaker (lagi-lagi g tau cara nulisnya).Masing-masing punya ciri khas…dan ternyata setelah saya Tanya om Google ternyata salah satu diantara mereka adalah juga arsitek Isola. Gedung rektorat @ kampus ku tercinta UPI Bandung.
Ketiga. Societet d Concordia..itu adalah nama tempat hang-outnya para preanger planters (kalo g salah artinya pengusaha perkebunan / tanaman di priangan) sekarang itu kalo g salah adalah gedung merdeka (ato yg deket gedung merdeka gtu ya..he,..) di pintu tempat ini bertuliskan 3 kata yang berujung En..yang artinya  Pribumi dan An**** dilarang Masuk. Mohon maaf demi kenyamanan yang baca jing nya terpaksa saya sensor….
Keempat…Saya g terlalu hapal semua ceritanya..jadi daripada salah lebih baik Tanya-tanya aja sama temen-temen ALEUT biar g salah.

Intinya adalah pada hari itu saya mendapat pengetahuann yang tidak pernah saya dapat di bangku sekolah (karena seingat saya yang ada di bangku sekolah adalah tulisan I loveyou yang ditukis dengan tipe x ,dan juga rumus2 matematika). Dan belajar menghargai sejarah. Di masa lalu bangsa kita dijajah, dibeda-bedakan, dianggap rendah. Dan kini kita menjajah diri kita sendiri dengan tidak menghargai budaya yang kita miliki. Hayoh..betul kan?!Kita bereaksi keras terhadap klaim bangsa asing terhadap budaya Indonesia . tapi apa yang kita lakukan?Sudahkah kita menghargai budaya kita?!Taukah kita akan budaya bangsa kita?! Saya bukan orang yang paham akan budaya daerah saya.karena itulah saya belajar..setidaknya berkenalan….

Easus Partition Manager:Software Partisi Hardisk Gratis

Drive C anda menipis? Salah setting partisi saat install windows? Ga perlu kuatir, dengan software partisi hardisk gratis ini semua bisa dia...